Sabtu, 25 Juni 2011

10 Easy Ways Your Business Can Go Green

Whether you run a home-based business or a brick-and-mortar retail business, there are simple, easy things you can do to go green. And operating a green business is not only good for the environment but good for your business's bottom line because conserving resources and cutting down on waste saves money.
Here are just ten easy-to-implement ideas for running a green business from the Department of Foreign Affairs and International Trade's Greening Operations guides that you can put into practice right now to make your business a more environmentally friendly place.
Whether you run a home-based business or a brick-and-mortar retail business an off-site enterprise, there are simple, easy things you can do to go green. And operating a green business is not only good for the environment but good for your business's bottom line because conserving resources and cutting down on waste saves money.
Go green by:
1. Turning off equipment when it's not being used. This can reduce the energy used by 25 percent; turning off the computers at the end of the day can save an additional 50 percent.
2. Encouraging communications by email, and reading email messages onscreen to determine whether it's necessary to print them. If it's not, don't!
3. Reducing fax-related paper waste by using a fax-modem and by using a fax cover sheet only when necessary. Fax-modems allow documents to be sent directly from a computer, without requiring a printed hard copy.
4. Producing double-sided documents whenever possible.
5. Not leaving taps dripping; always close them tightly after use. (One drop wasted per second wastes 10,000 litres per year.)
6. Installing displacement toilet dams in toilet reservoirs. Placing one or two plastic containers filled with stones (not bricks) in the toilet's reservoir will displace about 4 litres of water per flush - a huge reduction of water use over the course of a year.
7. Finding a supply of paper with maximum available recycled content.
8. Choosing suppliers who take back packaging for reuse.
9. Instigating an ongoing search for "greener" products and services in the local community. The further your supplies or service providers have to travel, the more energy will be used to get them to you.
10. Before deciding whether you need to purchase new office furniture, see if your existing office furniture can be refurbished. It's less expensive than buying new and better for the environment.

Rabu, 22 Juni 2011

What was the great place of Australia

1.Great Barrier Reef
Australia is home of natural wonders.This is the largest coral reef.This place also as a marine park

2.Uluru
Uluru is the second largest rock in the world
3.Coober peddy
Every one in here live under the ground to keep cool or warm

Senin, 20 Juni 2011

Siapa yang paling bodoh?

Ketika seorang pengusaha sedang memotong rambutnya pd tukang cukur yg berdomisili tak jauh dari kantornya, mereka melihat ada seorang anak kecil berlari-lari & melompat-lompat di depan mereka.

Tukang cukur berkata, “Itu Bejo, dia anak paling bodoh di dunia”

Pengusaha : “Apa iya?”

Lalu tukang cukur memanggil si Bejo, ia lalu merogoh kantongnya & mengeluarkan lembaran uang Rp 1000 & Rp 500, lalu menyuruh Bejo memilih,


Tukang cukur : “Bejo, kamu boleh pilih & ambil salah satu uang ini, terserah kamu mau pilih yg mana, ayo nih!”

Bejo melihat ke tangan Tukang cukur dimana ada uang Rp 1000 & Rp 500, lalu dgn cepat tangannya bergerak mengambil uang Rp 500.

Tukang cukur dgn perasaan benar & menang lalu berbalik kpd sang pengusaha & berkata,
“Benar kan yg saya katakan tadi, Bejo itu memang anak terbodoh yg pernah saya temui.”Sudah tak terhitung brp kali saya lakukan tes spt itu tadi dan ia selalu mengambil uang logam yg nilainya paling kecil”

Setelah sang pengusaha sudah selesai memotong rambutnya, di tengah perjalanan pulang dia bertemu dgn Bejo.

Karena merasa penasaran dgn apa yang dia lihat sebelumnya, dia pun memanggil Bejo lalu bertanya,

“Bejo, tadi saya melht sewaktu tukang cukur menawarkan uang lembaran Rp 1000 & Rp 500, saya lihat kok yg kamu ambil uang yg Rp 500, kenapa tak ambil yg Rp 1000, nilainya kan lebih besar 2x lipat dari yg Rp 500?”

Bejo pun berkata, “Saya tdk akan dpt lagi Rp 500 setiap hari. Krn tukang cukur itu selalu penasaran. Knp saya tdk ambil yg seribu Rp. Kalau saya ambil yg Rp 1000, berarti permainannya akan selesai…”

Banyak orang yg merasa lebih pintar dibandingkan orang lain, shg mereka sering menganggap remeh orang lain.

Ukuran kepintaran seseorang hanya TUHAN yg mengetahuinya. Alangkah bijaksananya ki†a jika tidak menganggap diri sendiri lebih pintar dari orang lain.

from: beranigagal

GO GREEN 2

PENGHIJAUAN adalah salah satu kegiatan penting yang harus dilaksanakan secara konseptual dalam menangani krisis lingkungan. Begitu pentingnya sehingga penghijauan sudah merupakan program nasional yang dilaksanakan di seluruh Indonesia.

Banyak fakta yang menunjukkan bahwa tidak jarang pembangunan dibangun di lahan pertanian maupun ruang terbuka hijau. Padahal tumbuhan dalam ekosistem berperan sebagai produsen pertama yang mengubah energi surya menjadi energi potensial untuk makhluk lainnya dan mengubah CO2 menjadi O2 dalam proses fotosintesis. Sehingga dengan meningkatkan penghijauan di perkotaan berarti dapat mengurangi CO2 atau polutan lainnya yang berperan terjadinya efek rumah kaca atau gangguan iklim. Di samping vegetasi berperan dalam kehidupan dan kesehatan lingkungan secara fisik, juga berperan estetika serta kesehatan jiwa. Mengingat pentingnya peranan vegetasi ini terutama di perkotaan untuk menangani krisis lingkungan maka diperlukan perencanaan dan penanaman vegetasi untuk penghijauan secara konseptual.

Dari berbagai pengamatan dan penelitian ada kecenderungan bahwa pelaksanaan penghijauan belum konseptual, malah terkesan asal jadi. Memilih jenis tanaman dengan alasan mudah diperoleh, murah harganya dan cepat tumbuh.
Penghijauan perkotaan

Penghijauan dalam arti luas adalah segala daya untuk memulihkan, memelihara dan meningkatkan kondisi lahan agar dapat berproduksi dan berfungsi secara optimal, baik sebagai pengatur tata air atau pelindung lingkungan. Ada pula yang mengatakan bahwa penghijauan kota adalah suatu usaha untuk menghijaukan kota dengan melaksanakan pengelolaan taman-taman kota, taman-taman lingkungan, jalur hijau dan sebagainya. Dalam hal ini penghijauan perkotaan merupakan kegiatan pengisian ruang terbuka di perkotaan.

Pada proses fotosintesa tumbuhan hijau mengambil CO2 dan mengeluarkan C6H12O6 serta peranan O2 yang sangat dibutuhkan makhluk hidup. Oleh karena itu, peranan tumbuhan hijau sangat diperlukan untuk menjaring CO2 dan melepas O2 kembali ke udara. Di samping itu berbagai proses metabolisme tumbuhan hijau dapat memberikan berbagai fungsi untuk kebutuhan makhluk hidup yang dapat meningkatkan kualitas lingkungan.

Setiap tahun tumbuh-tumbuhan di bumi ini mempersenyawakan sekira 150.000 juta ton CO2 dan 25.000 juta ton hidrogen dengan membebaskan 400.000 juta ton oksigen ke atmosfer, serta menghasilkan 450.000 juta ton zat-zat organik. Setiap jam 1 ha daun-daun hijau menyerap 8 kg CO2 yang ekuivalen dengan CO2 yang diembuskan oleh napas manusia sekira 200 orang dalam waktu yang sama. Setiap pohon yang ditanam mempunyai kapasitas mendinginkan udara sama dengan rata-rata 5 pendingin udara (AC), yang dioperasikan 20 jam terus menerus setiap harinya. Setiap 93 m2 pepohonan mampu menyerap kebisingan suara sebesar 8 desibel, dan setiap 1 ha pepohonan mampu menetralkan CO2 yang dikeluarkan 20 kendaraan.(Zoer’aini Djamal Irwan,1996).

Begitu pentingnya peranan tumbuhan di bumi ini dalam menangani krisis lingkungan terutama di perkotaan, sangat tepat jika keberadaan tumbuhan mendapat perhatian serius dalam pelaksanaan penghijauan perkotaan sebagai unsur hutan kota.

Penghijauan berperan dan berfungsi (1) Sebagai paru-paru kota. Tanaman sebagai elemen hijau, pada pertumbuhannya menghasilkan zat asam (O2) yang sangat diperlukan bagi makhluk hidup untuk pernapasan; (2) Sebagai pengatur lingkungan (mikro), vegetasi akan menimbulkan hawa lingkungan setempat menjadi sejuk, nyaman dan segar; (3) Pencipta lingkungan hidup (ekologis); (4) Penyeimbangan alam (adaphis) merupakan pembentukan tempat-tempat hidup alam bagi satwa yang hidup di sekitarnya; (5) Perlindungan (protektif), terhadap kondisi fisik alami sekitarnya (angin kencang, terik matahari, gas atau debu-debu); (6) Keindahan (estetika); (7) Kesehatan (hygiene); (8) Rekreasi dan pendidikan (edukatif); (9) Sosial politik ekonomi.

Seperti yang dikemukan oleh Eckbo (1956) bahwa pemilihan jenis tanaman untuk penghijauan agar tumbuh dengan baik hendaknya dipertimbangkan syarat-syarat hortikultura (ekologikal) dan syarat- syarat fisik. Syarat hortikultural yaitu respons dan toleransi terhadap temperatur, kebutuhan air, kebutuhan dan toleransi terhadap cahaya matahari, kebutuhan tanah, hama dan penyakit, serta syarat-syarat fisik lainnya yaitu tujuan penghijauan, persyaratan budi daya, bentuk tajuk, warna, aroma.

Unsur hutan kota

Fungsi dan manfaat hutan antara lain untuk memberikan hasil, pencagaran flora dan fauna, pengendalian air tanah dan erosi, ameliorasi iklim. Jika hutan tersebut berada di dalam kota fungsi dan manfaat hutan antara lain menciptakan iklim mikro, engineering, arsitektural, estetika, modifikasi suhu, peresapan air hujan, perlindungan angin dan udara, pengendalian polusi udara, pengelolaan limbah dan memperkecil pantulan sinar matahari, pengendalian erosi tanah, mengurangi aliran permukaan, mengikat tanah. Konstruksi vegetasi dapat mengatur keseimbangan air dengan cara intersepsi, infiltrasi, evaporasi dan transpirasi.

Menelaah fungsi penghijauan perkotaan dan fungsi hutan dapat dikatakan bahwa penghijauan perkotaan merupakan unsur dari hutan kota. Sedangkan hutan kota adalah bagian dari ruang terbuka hijau kota. Hutan kota (urban forestry) menurut Grey dan Denehe (1978), meliputi semua vegetasi berkayu di dalam lingkungan pemukiman, mulai dari kampung yang kecil sampai kota besar. Fukuara dkk. (1988) mengemukakan tentang hutan kota, yaitu ruang terbuka yang ditumbuhi vegetasi berkayu di wilayah perkotaan yang memberikan manfaat lingkungan sebesar-besarnya kepada penduduk kota dalam kegunaan proteksi, estetika serta rekreasi khusus lainnya.

Sedangkan menurut Grey dan Denehe (1978), hutan kota (urban forestry) meliputi semua vegetasi berkayu di dalam lingkungan pemukiman, mulai dari kampung yang kecil sampai kota besar. Mengingat pekarangan mengandung sifat perhutanan yang beraspirasi untuk kepentingan rakyat, maka pengembangan perhutanan yang bersifat pekarangan ini tampaknya lebih demokrasi yaitu sistem agroforestry yang dikelola rakyat. Pekarangan dapat menghasilkan kayu, bambu, karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan obat-obatan.

Sebagai konsekuensi tumbuhan sebagai produsen pertama dalam ekosistem, dan mengingat fungsi hutan kota dan fungsi penghijauan perkotaan sangat bergantung kepada vegetasi yang digunakan maka tidak perlu lagi dipersoalkan luas lahan sebagai syarat hutan kota. Yang penting adalah jumlah dan keanekaragaman vegetasi yang ditaman di perkotaan sebanyak mungkin. Dengan demikian penghijauan perkotaan sebagai unsur hutan kota perlu ditingkatkan secara konseptual meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan dengan mempertimbangkan aspek estetika, pelestarian lingkungan dan fungsional. Pelaksanaan harus sesuai dengan perencanaan begitu pula pemeliharaan harus dilakukan secara terus-menerus.

Teknik penanaman

Faktor-faktor utama yang perlu diperhatikan yaitu dalam teknik penanaman pohon adala, (1) Pemilihan bibit tanaman. Bibit generatif adalah berasal dari biji, merupakan bibit yang lebih tepat karena mempunyai akar tunggang dan dapat hidup lebih lama. Bibit vegetatif, adalah bibit yang berasal dari bagian-bagian vegetatif tanaman, seperti batang, daun dan akar. Bibit vegetatif umumnya kurang kokoh dan perakarannya dangkal sehingga cepat merusak trotoar, jalan atau saluran drainase.

Bibit yang baik sekurang-kurangnya telah tumbuh di wadahnya selama 6 bulan dengan batang tinggi minimal + 1.50 m dan diameter 0.05 m, untuk mengujinya cukup dengan mencabut bibit tersebut. Apabila bibit mudah lepas dari wadahnya berarti baru dipindahkan dan belum cukup baik ditanam di lapangan, sebaliknya jika sulit dilepaskan berarti perakarannya sudah terbentuk dengan baik dan dapat ditanam di lapangan;
(2) Penanaman. Lubang tanam perlu dipersiapkan sedikitnya satu minggu sebelum penanaman dilakukan. Ukuran lubang tanam sangat bergantung pada besarnya tanaman. Ukuran standar lubang tanam adalah 0.75 m (tinggi) x 0.90 m (lebar) x 0.90 m (panjang); (3) Perawatan pascatanam. Mempertahankan posisi tumbuh agar tetap tegak dan stabil. Menyiram tanaman 2-3 hari sekali terutama di musim kemarau sambil membuang ranting-ranting yang kerimg. Memupuk tanaman 3 bulan sekali dengan pupuk NPK 25 gram per lubang

Manfaat hutan yang lain adalah:
1. Sebagai suplyer Oksigen yang merupakan bahan baku utama untuk pernafasan manusia
2. Sebagai pencegah banjir
3. Sebagai penyejuk alam
4. Sebagai paru-paru dunia
masih banyak lagi manfaat hutan bagi manusia yang lain.
diambil dari: http://greenlumut.wordpress.com/tag/penghijauan/

Three Ways to Raise Prices Without Losing Customers – It’s an Business Idea

Charging more for your products and services can be easier than you think.
For many business owners, linking price and product seems natural. Consumers, however, are often willing to break this link and pay more for a product or service, if given sufficient motivation.
Put it this way: If product and price were tightly linked in consumers' minds, companies such as Starbucks Corp. or Rolls Royce Motor Cars would never sell their products over the cheaper generic equivalents on the market. But Starbucks isn't just about coffee and Rolls Royce isn't only about transportation. Instead, these products are about a brand identity that adds to price, but adds little or nothing to intrinsic value.

The point is that the association between your product and the price you've assigned it most likely is not fixed in your consumers' minds the way it might be in yours. Business owners can and should think creatively when it comes to pricing their products and experiment with various price points that are different from what they initially think they can charge.

The sooner you break free of rigid pricing models, the easier it may be for you to sell more to affluent customers and, ultimately, make more money. Here are three ways to charge more for your products or services.


1. Target more affluent customers. Who is buying the product is an important factor when it comes to pricing a product. Different people often buy the same product or service at different prices because of who they are, rather than what the product is. For example, an ambitious mid-level executive might prefer to drink Starbucks coffee at work rather than a coffee from a less-regarded brand. Some people refuse to shop at stores like Walmart even though it likely carries the same brands they purchase elsewhere for considerably more money.
Another factor is life stage. For example, parents often spend more money on their first baby than on their second or third. Price is automatically separated furthest from product if you are selling to them while the couple is pregnant with or raising their first child compared to later children.

2. Become a leader in your field. Who is selling a product or service can makes a big difference to many customers. A seller's reputation, financial stability and leadership position in its market have been made more valuable as competitive assets than they were several years ago. Customers often prefer trendy, talked-about restaurants over others to the extent that the prices at those restaurants, and the prices at other restaurants, are sometimes made irrelevant. In the financial services sector, recent investment and banking fall-outs have caused a number of customers to seek out trustworthy institutions over those that only claim to be able to make the most money.

As a business owner, your goal should be to make your company the go-to authority in your industry or area.
3. Upgrade your venue. The importance of context when it comes to buying can't be underestimated. The difference in price between a face cream sold at a Walgreens Co. store and one sold in the home by Mary Kay, or at a cosmetic counter at higher-end stores such as Saks or Neiman Marcus, or at an exclusive Parisian boutique can be disproportionate to the difference in the product's ingredients. The price is governed by the expectations of the consumer largely based on where they are buying it, the brand and the expertise of the salesperson -- not the product.
Also consider changing presentation. A chiropractor, for instance, relocated from a small, messy office to a well-appointed professional office, and switched his attire from casual to conservative clothes. These two minor changes allowed him to increase his average fee from $2,000 to $5,000, with no change to the end product.
Considering these three aspects can help you separate price from product -- and hopefully make more profits in the process.
By Dan Kennedy and Jason Marrs from Entrepreneur  |   June 20,2011

Minggu, 19 Juni 2011

How to Stay Motivated when Feeling Fatigued


There is a saying often applied to sporting events that also fits for virtually every other endeavor in everyday living, including the workplace: “It is not how you start, but how you finish.”

When a new initiative begins, such as rollout of an innovative product, an imaginative marketing strategy, or implementation of new technology, we typically experience high levels of enthusiasm. Expectations are lofty and hopes soar in anticipation of promising outcomes.

However, such peaks of energy and excitement are rarely sustained. It is not unusual for people to become disillusioned, discouraged and fatigued about halfway into a difficult challenge, no matter how worthwhile it may be to pursue. Emotions start to subside and the reality sets in about the hard work and drudgery required to bring a project to its conclusion.

At such times it helps to keep matters in proper perspective. When I start to feel the fatigue, I look to passages like Proverbs 25. It serves as a good reminder that my feelings are not a reliable measure of how things are going. For instance, Proverbs 25:28 tells us, “Like an open city with no defenses is the man with no check on his feelings.”

Feelings can soar and feelings can spiral, so we cannot trust in emotions if we are to successfully finish what we have started.

Our feelings come from a variety of sources – past, present and future. But in fact feelings often lie; they are not always a reflection of reality. Not only that, but life is complex and we must often live with mixed feelings: “Even in laughter the heart may ache, and joy may end in grief” (Proverbs 14:13). Or as someone has said, “Sometimes I laugh to keep from crying.”

People often compare life to a rollercoaster, filled with a combination of hills and valleys, but in actuality, life is more like two rails on a railroad track. One rail represents the good and positive things in your life; the other represents the bad and painful elements of your life.

We need to recognize a simple truth: We will always encounter good and bad at the same time! There will always be something good and something bad happening in your life. We cannot expect everything to be good for one month and then everything to be bad the next month. We will always have  a mixture of both, a blending of both bitter and sweet.

Although we cannot segregate the good from bad in our lives, whether at work or at home, we can choose our focus, our attitudes toward events as they occur: “When others are happy, be happy with them. If they are sad, share their sorrow” (Romans 12:15).

That is why trust in God is so critical for withstanding the storms of life – as well as the pleasant surprises. As Proverbs 3:5 instructs us, we are to trust wholeheartedly in God and not to put any faith in our own perceptions. Perceptions can ebb and flow like waves on a beach; but God remains faithful and constant.

By: Rick Warren